Minggu, 06 Maret 2016

pendekatan filosofis tentang sedekah bumi sebagai tradisi masyarakat jawa



PENDEKATAN FILOSOFIS
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu:
Ahmad Sulton, M.Pd.I


Oleh:
Ajeng Pangestuti               (15053002)
Eka Yatimatul Fitriyah     (15053005)
Misbahul Ulum                 (15053021)
Mohammad Aina Sofi      (15053022)
Musfirotul Ullya                (15053023)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
TAHUN AJARAN 2015/2016


KATA PENGANTAR

Dengan mengharap ridlo dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, nikmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dalam bidang studi Metodologi Studi Islam dengan tema “Pendekatan Filosofis”.
Makalah ini disusun untuk semua pembaca khususnya mahasiswa-mahasiswi Fakultas Agama Islam supaya bisa memahami secara mendalam tentang pendekatan filosofis.
Atas semua ini kami mengucapkan terima kasih bagi segala pihak terutama kepada Bapak M. Afif Hasbullah, S.H., S.Ag., selaku Rektor UNISDA, kepada Bapak Ahmad Sulton, M.Pd.I., selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Metodologi Studi Islam, dan tak lupa kepada teman-teman yang mendukung dan membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Demikian, sebagai manusia biasa kami menyadari bahwa “Tak ada gading yang tak retak”. Betapapun kami telah berusaha semaksimal dan seteliti mungkin dalam menyusun makalah ini, namun tetap tidak tertutup adanya kesalahan-kesalahan dalam makalah ini. Oleh karena itu, tegur sapa dari pembaca sangat kami nantikan.



  
Lamongan, 29 Desember 2015


                                                                                                        Penyusun



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A.    Latar Belakang......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C.     Tujuan....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A.    Konsep Pendekatan Filosofis................................................................... 3
B.     Sedekah Bumi yang Dijadikan Tradisi oleh Masyarakat Jawa................ 4
C.     Penerapan Pendekatan Filosofis dalam Studi Kasus Sedekah Bumi yang Dijadikan Tradisi oleh Masyarakat Jawa.......................................................................................................... 5   
BAB III PENUTUP........................................................................................... 11
A.    Kesimpulan............................................................................................. 11
B.     Saran ......................................................................................................  12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 13

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Agama Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw, diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.
Seiring perubahan waktu dan perkembangan zaman, agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khatbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami ajaran agama adalah pendekatan filosofis. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Realitas keagamaan yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Karena itu, tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian legalistik atau penelitian filosofis.
Dan pendekatan filosofis berperan membuka wawasan berpikir umat untuk menyadari fenomena perkembangan wacana keagamaan kontemporer yang menyuarakan nilai-nilai keterbukaan, pluralitas dan inklusivitas. Studi filosofis atau filsafat sebagai pilar utama rekonstruksi pemikiran dapat membongkar formalisme agama dan kekakuan pemahaman agama.




B.  RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana konsep pendekatan filosofis?
2.    Bagaimana sedekah bumi yang dijadikan tradisi oleh masyarakat jawa?
3.    Bagaimana penerapan pendekatan filosofis dalam studi kasus sedekah bumi yang dijadikan tradisi oleh masyarakat jawa?
C.  TUJUAN
1.    Mengetahui konsep pendekatan filosofis
2.    Mengetahui sedekah bumi yang dijadikan tradisi oleh masyarakat jawa
3.    Mengetahui penerapan pendekatan filosofis dalam studi kasus sedekah bumi yang dijadikan tradisi oleh masyarakat jawa














  





BAB II
PEMBAHASAN

A.  Konsep Pendekatan Filosofis
1.    Pengertian Pendekatan Filosofis
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang artinya cinta kepada kebenaran, ilmu, dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula diartikan dengan mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.[1] Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta mengartikan filsafat sebagai suatu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi yang mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum dan sebagainya terhadap segala yang ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti “adanya” sesuatu.[2] Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah pendapat yang dikemukakan Sidi Gazalba. Menurutnya filsafat ialah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dengan tujuan untuk mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.[3]
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriah. Louis O. Kattsof mengatakan bahwa kegiatan kefilsafatan yaitu merenung, tetapi merenung bukanlah melamun, juga bukan berpikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan, melainkan dilakukan secara mendalam, radikal, sistematik, dan universal.[4] Mendalam artinya dilakukan sedemikian rupa hingga dicari sampai ke batas dimana akal tidak sanggup lagi. Radikal artinya sampai ke akar-akarnya hingga tidak ada lagi yang tersisa. Sistematik maksudnya ialah dilakukan secara teratur dengan menggunakan metode berpikir tertentu dan universal maksudnya yaitu tidak dibatasi hanya pada suatu kepentingan kelompok tertentu, tetapi untuk seluruhnya.
2.    Memahami Agama Secara Filosofis
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, karena manusia diberikan oleh Allah berupa akal dan nafsu, apabila manusia hidup dengan dapat mengendalikan semua yang dilakukan dengan akal maka derajat manusia dapat melebihi malaikat disisi Allah swt, tetapi kalau dalam kehidupan manusia hanya menggunakan nafsunya maka kedudukan manusia disisi Allah akan lebih rendah daripada hewan. Hal ini juga berlaku pada konsep memahami agama dan syari’at-syari’at yang ada didalamnya. Manusia tidak hanya memeluk Islam, mempercayai Islam dari segi doktrin keturunan saja yang diberikan oleh orang tua sejak kecil, tetapi manusia juga diwajibkan untuk mencari dan mengkaji tentang agama. Manusia diwajibkan menggunakan akal pikirannya untuk memahami semua yang ada di alam semesta, oleh karena itu dibutuhkan ilmu yang secara khusus mengeksploitasi akal pikiran secara maksimal, ilmu itu dikenal sebagai ilmu filsafat.[5]
Berpikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara saksama. Pendekatan filosofis yang demikian itu sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Misalnya kita membaca sejarah kehidupan para nabi terdahulu. Maksudnya bukan sekadar menjadi tontonan atau sekadar mengenangnya, tetapi bersamaan dengan itu diperlukan kemampuan menangkap makna filosofis yang terkandung dibelakang peristiwa tersebut. Kisah Nabi Yusuf yang digoda seorang wanita bangsawan, secara lahiriah menggambarkan kisah yang bertema pornografi atau kecabulan. Kesimpulan demikian itu bisa terjadi manakala seseorang hanya memahami bentuk lahiriah dari kisah tersebut tetapi sebenarnya melalui kisah tersebut Tuhan ingin mengajarkan kepada manusia agar memiliki ketampanan lahiriah dan batiniah secara prima. Nabi Yusuf telah menunjukkan kesanggupannya mengendalikan farjinya dari berbuat maksiat. Sementara lahiriahnya ia tampan dan menyenangkan orang yang melihatnya. Makna demikian dapat dijumpai melalui pendekatan yang bersifat filosofis. Dengan menggunakan pendekatan filosofis ini seseorang akan dapat memberi makna terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan dapat pula menangkap hikmah dan ajaran yang terkandung didalamnya. Dengan cara demikian ketika seseorang mengerjakan suatu amal ibadah tidak akan merasa kekeringan spiritual yang dapat menimbulkan kebosanan. Semakin mampu menggali makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula sikap, penghayatan, dan daya spiritualitas yang dimiliki seseorang.[6]
Karena demikian pentingnya pendekatan filosofis ini, maka kita menjumpai bahwa filsafat telah digunakan untuk memahami berbagai bidang lainnya selain agama. Kita misalnya membaca adanya filsafat hukum Islam, filsafat sejarah, filsafat kebudayaan, filsafat ekonomi, dan lain sebagainya.
Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengamalan agama yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti. Yang mereka dapatkan dari pengamalan agama tersebut hanyalah pengakuan formalistik, misalnya sudah haji, sudah menunaikan rukun Islam yang kelima, dan berhenti sampai disitu. Mereka tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung didalamnya. Namun demikian, pendekatan filosofis ini tidak berarti menafikan atau menyepelekan bentuk pengamalan agama yang bersifat formal. Filsafat mempelajari segi batin yang bersifat esoterik, sedangkan bentuk (forma) memfokuskan segi lahiriah yang bersifat eksoterik. Bentuk atau kulit itulah yang disebut aspek eksoterik dan agama-agama dan manifestasinya dalam dunia ini menjadi religious (dengan r kecil), sedangkan kebenaran yang bersifat absolute, universal, dan metahistoris adalah Religion (dengan R besar). Pada titik Religion inilah titik persamaan yang sungguh-sungguh akan dicapai.[7]
Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya mempergunakan akal pikiran sudah dapat dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofis dalam memahami ajaran agamanya, yang contoh-contohnya telah dikemukakan diatas. Namun, pendekatan seperti ini masih belum diterima secara merata terutama oleh kaum tradisionalis formalistis yang cenderung memahami agama terbatas pada ketepatan melaksanakan aturan-aturan formalistik dari pengamalan agama.[8]
3.    Cara Kerja Pendekatan Filosofis
Cara kerja pendekatan filosofis dalam pendidikan ialah dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model, yaitu: model filsafat spekulatif, model filsafat preskriptif, dan model filsafat analitik.
a.    Filsafat spekulatif ialah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memiliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman.
b.    Filsafat preskriptif yaitu berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat.
c.    Filsafat analitik yaitu memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji sebuah ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan tentang istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir.[9]
B.  Sedekah Bumi Dijadikan Tradisi Oleh Masyarakat Jawa
1.    Pengertian Sedekah Bumi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sedekah bumi ialah acara yang dilakukan setelah acara panen padi. Tetapi menurut tokoh masyarakat di desa sedekah bumi ialah acara untuk mengucapkan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen di desa dan untuk meminta perlindungan kepada Allah Swt, dan juga meminta kesuburan tanah dan garapan para petani. Selain itu juga ada yang bilang dalam acara sedekah bumi untuk selamatan bumi atau tanah karena semua yang ada di dunia ini berpijak pada bumi atau tanah, sehingga warga dengan senang hati untuk menyelamati bumi dengan ruwat bumi karena telah memberikan kesuburan tanam pada warga.
Para tokoh masyarakat berpandangan bahwa dengan tahun melakukan sedekah bumi bisa menjaga kelestarian budaya kepada para cucu mereka, karena dalam acara sedekah bumi diikuti oleh anak-anak dan orang dewasa, bagi para pemuda acara ini sangat penting karena bisa menanamkan rasa cinta terhadap alam dan bisa menjaga alam supaya tidak rusak dan juga bisa dinikmati oleh anak cucu mereka.[10]


2.    Asal-Usul Sedekah Bumi
Dahulu ada seorang petapa yang singgah di sebuah alas, petapa itu bernama “Mbah Suradawa”. Mbah Suradawa adalah orang yang membabat alas atau hutan yang dulunya tidak berpenghuni. Mbah Suradawa memutuskan untuk membuat rumah di alas itu karena ia mendapati sumber penghidupan yang bagus di situ, salah satunya ialah tanah yang subur. Sejak saat itu banyak penduduk yang berdatangan dan menetap di alas tersebut, oleh penduduk setempat yang semakin banyak jumlahnya dan dengan persetujuan Mbah Suradawa desa yang dulunya alas itu diberi nama “Desa Wilayut”. Setelah itu Mbah Suradawa melakukan meditasi di rumahnya untuk memohon kepada Yang Maha Pencipta agar menjadikan desa tersebut sebagai desa yang selalu subur dan desa yang memiliki masyarakat yang damai dan cinta terhadap tanah yang mereka pijak, setelah selesai bermeditasi Mbah Suradawa menyuruh masyarakat untuk berdo’a kepada Yang Maha Pencipta dan sambil membawa hasil bumi yang telah mereka peroleh. Setelah acara do’a sebagai rasa syukur kepada Yang Maha Pencipta selesai dilanjutkan dengan diadakannya acara kesenian wayang sebagai wujud kesenian dan kreatifitas masyarakat desa. Acara sedekah bumi itu dilakukan setahun sekali setiap bulan ruwah, karena bulan ruwah oleh masyarakat Jawa dipercaya membawa berkah, karena ruwah berarti berkah.[11]
3.    Manfaat Sedekah Bumi untuk Warga Desa
Secara garis besar manfaat dari sedekah bumi ialah meruwat bumi yang telah memberikan kesuburan bagi tanah para petani dan air yang melimpah sehingga desa menjadi makmur tidak ada yang kelaparan dan dengan acara sedekah bumi alam akan baik kepada masyarakat. Manfaat yang umumnya yaitu memberikan hiburan kepada masyarakat, karena dalam acara sedekah bumi mempertunjukkan salah satu kesenian, yaitu wayang. Sehingga acara tersebut sangat dinanti-nanti oleh masyarakat. Selain itu warga sangat merasakan hasil dari bumi mereka yang selalu diberi air yang bersih, air mengalir walaupun sedang terjadi musim kemarau, sehingga kebun mereka tetap dialiri air dan tanaman mereka tidak mati. Sehingga kehidupan masyarakat sekarang terbilang makmur dari desa tetangga. Karena itu masyarakat desa selalu bergotong-royong menyelenggarakan acara sedekah bumi, karena mereka ingin mengucapkan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa dan sekalian meruwat bumi dan juga sebagai hiburan budaya bagi masyarakat. Serta untuk generasi muda supaya tidak lupa pada budaya leluhur mereka dan menanamkan pada setiap generasi muda yang berada di desa Wilayut. Alam akan cinta pada kita kalau kita menjaga alam seperti menjaga diri kita sendiri dan apabila sebaliknya kita merusak alam, maka alam pun akan murka kepada kita dengan mendatangkan bencana alam, dan membuat tanaman mati. Itulah yang ditanamkan kepada para pemuda di desa Wilayut sehingga mereka tidak akan lupa pada budaya mereka sendiri.[12]
C.  Penerapan Pendekatan Filosofis dalam Studi Kasus Sedekah Bumi yang Dijadikan Tradisi oleh Masyarakat Jawa
Berbicara tentang sedekah bumi, sedekah bumi merupakan upacara adat yang terkait erat dengan kepercayaan orang-orang zaman dahulu akan adanya dewa-dewa dan mereka percaya bahwa pada segala sesuatu yang mencakup hajat hidup seorang manusia itu dikuasai dan dijaga oleh dewa-dewa. Dengan keyakinan akan adanya dewa itu, ditunjukkan dengan adanya penyiapan sesaji ditempat-tempat yang dipercaya bisa mengabulkan permohonan atau permintaan mereka, dengan harapan supaya bisa terhindar dari malapetaka atau balak dan bisa mendapat kemudahan mencapai hasil-hasil usahanya.
Kemudian setelah masuknya islam ke pulau Jawa, tradisi yang sebelumnya menyembah dewa-dewa ini tidak dihilangkan, melainkan islam semakin memanfaatkan tradisi lokal ini sebagai media dakwah yang efektif dan efisien.
Pemanfaatan budaya seperti ini bisa membuat islam lebih mudah diterima di pulau Jawa. Misalnya, dahulu sedekah bumi diisi dengan pemujaan dan persembahan sesajen pada tempat yang dipercaya bisa mengabulkan permohonan mereka, setelah tradisi sedekah bumi ini diubah substansinya oleh orang islam, ritualnya diisi dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an, tahlilan dan do’a-do’a yang ditujukan kepada Allah SWT. karena menyembah selain Allah merupakan hal yang diharamkan oleh agama Islam dan termasuk perbuatan musyrik. Maka sesembahan atau sesajen tersebut tidak dibuang tetapi hanya diubah substansinya dalam usaha-usaha mengalihkan kepercayaan itulah terbentuk upacara baru. Ini pertama kali dilaksanakan pada pemerintahan kanjeng susuhan Syekh Syarif Hidayatullah (1482-1568 M) bertempat di pusar bumi.
Ritual sedekah bumi tidak secara langsung muncul atas hasil warisan budaya zaman dahulu, melainkan peran dari kulturasi agama yang telah memberikan nilai-nilai budaya. Kepercayaan animisme dan dinamisme menjadi tomabak awal munculnya ritual sedekah bumi ini, serta tata cara dan tahapan dari ajaran hindu budha juga ikut serta.
Nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sedekah bumi menarik untuk dipelajari seperti, solidaritas, religius, serta kesenian dalam bentuk tarian-tarian, nyanyian, do’a-do’a yang dilakukan dalam upacara sedekah bumi.











BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pendekatan filosofis merupakan suatu pendekatan yang menekankan seseorang untuk mencari sesuatu atau memikirkan sesuatu secara mendalam sampai akar-akarnya hingga tidak ada lagi yang tersisa yang mana jawaban itu dicari sampai batas dimana akal tidak sanggup lagi. Berpikir secara filosofis dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat di mengerti dan di pahami secara baik dan benar. Seseorang tidak akan terjebak sia-sia dalam pengajaran agama yang mereka lakukan. Karena dengan menggunakan pendekatan filosofis ini seseorang akan dapat memberi makna terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan dapat pula menangkap hikmah dan ajaran yang terkandung didalamnya. Semakin mampu menggali makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula sikap, penghayatan, dan daya spiritualitas yang dimiliki seseorang. Cara kerja pendekatan filosofis dalam pendidikan ialah dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis, dan universal tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan dalam tiga model, yakni: model filsafat spekulatif, model filsafat preskriptif dan model filsafat analitik.
Sedekah bumi merupakan sebuah acara yang dilakukan untuk mengucapkan rasa syukur atas melimpahnya panen padi dalam masyarakat jawa dan meminta perlindungan kepada allah swt supaya garapan tanah atau sawahnya selalu diberikan keberhasilan atau kesuksesan dalam menggarap sawah. Asal usul sedekah bumi bermula saat ada seorang petapa singgah di hutan, yang bernama Mbah Suradewa. Beliau memutuskan untuk membuat rumah di hutan karena disana bisa digunakan untuk sumber kehidupan. Sejak saat itu banyak penduduk yang berdatangan dan menetap di hutan itu. Mbah Suradewa melakukan pemusatan pikiran atau meditasi untuk memohon kepada Allah supaya diberi kelimpahan rahmat dengan suburnya tanah atau sawah serta desa yang damai. Setelah selesai bermeditasi, beliau menyuruh masyarakat desa untuk bertafakur kepada Allah dengan membawa hasil bumi yang mereka peroleh. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukkan kesenian wayang. Sedekah bumi dilakukan setahun sekali setiap bulan ruwah, karena bulan ruwah dianggap masyarakat jawa bulan yang berkah. Adapun manfaat sedekah bumi adalah mensyukuri atas rahmat yang telah diberikan oleh Allah kepada masyarakat dan sedekah bumi juga bisa memberikan hiburan kepada masyarakat seperti pertunjukkan wayang. Serta untuk generasi muda supaya tidak pernah melupakan warisan atau budaya dari eluhur dan bisa menanamkan pada dirinya.
Sedekah bumi termasuk upacara adat yang terkait erat dengan kepercayaan orang-orang zaman dahulu akan adanya dewa-dewa dan mereka percaya bahwa pada segala sesuatu yang mencakup hajat hidup seorang manusia itu dikuasai dan dijaga oleh dewa-dewa. Kemudian setelah masuknya islam ke pulau Jawa, tradisi yang sebelumnya menyembah dewa-dewa ini tidak dihilangkan, melainkan islam semakin memanfaatkan tradisi lokal ini sebagai media dakwah yang efektif dan efisien. Adapun nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sedekah bumi menarik untuk dipelajari seperti, solidaritas, religius, serta kesenian dalam bentuk tarian-tarian, nyanyian, do’a-do’a yang dilakukan dalam upacara sedekah bumi.
B.  SARAN
Saran dari penulis yaitu marilah kita terus meneruskan warisan budaya dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam masalah sedekah bumi, karena sedekah bumi termasuk bentuk rasa syukur kita atas segala sesuatu yang telah diberikan Allah kepada kita.
Semoga makalah ini bisa menambah ilmu dan pengetahuan, khususnya bagi para pembaca dan juga bisa membantu dalam menyelesaikan tugas pembaca dalam masalah sedekah bumi



DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
http://amanatus1805.blogspot.co.id/2014/12/contoh-makalah-analisis-sedekah-bumi.html, diakses 22 Desember 2015 pukul 12:47.
https://apanatschkers.wordpress.com/2012/11/05/pendekatan-filsafat-dalam-memahami-islam/, diakses 22 Desember pukul 12:45.
https://gudangsejarah.wordpress.com/2013/01/21/sedekah-bumi/, diakses pada 22 Desember 2015 pukul 12:50.






[1] Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibani dalam Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012, hlm. 42.
[2] Ibid.,
[3] Ibid.,
[4] Ibid, hlm. 43..
[5] Anonim, dalam https://apanatschkers.wordpress.com/2012/11/05/pendekatan-filsafat-dalam-memahami-islam/, Pendekatan Filsafat dalam Memahami Islam, diakses 22 Desember pukul 12:45.
[6] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012, hlm. 42.
[7] Ibid, hlm. 43.
[8] Ibid, hlm. 44.
[9] Uyoh Sadulloh dalam Akhmad Sudrajat, 2009, dalam alamat web https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/01/07/pendekatan-pendekatan-dalam-teori-pendidikan/, Pendekatan-Pendekatan dalam Teori Pendidikan, diakses 22 Desember 2015 pukul 12:01.
[10]Dedi Carter dalam alamat web https://gudangsejarah.wordpress.com/2013/01/21/sedekah-bumi/, Sedekah Bumi, 2013, diakses 22 Desember 2015 pukul 12:50.
[11] Amanatus Sholikha, dalam http://amanatus1805.blogspot.co.id/2014/12/contoh-makalah-analisis-sedekah-bumi.html,Analisis Sedekah Bumi,2014, diakses 22 Desember 2015 pukul 12:47.
[12] Ibid.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar